PROYEK BBL E-CERPEN TEMA 2 - Stop It Now
Proyek BBL E-Cerpen Tema 2
Mariza MIPA 1/21 & Vannya MIPA 1/29
Stop
It Now
Suara langkah kaki terdengar di sekitaran jalan yang cukup sepi, ditemani bintang-bintang orang itu berjalan cepat ke arah selatan, dengan jaket untuk menutupi dirinya entah karena udara dingin atau karena identitasnya. Setelah lama berjalan orang itu masuk ke sebuah gang.
“Kau telat” suara wanita terdengar dari salah satu orang di sana. 3 orang terlihat memakai jaket untuk menutupi identitas mereka sama sepertinya.
“Ck.. aku hanya datang tepat waktu.” jawabnya
“Tentu saja datang tepat pada waktu yang dijanjikan ialah tepat waktu, walau itu telat beberapa detik jika kau menggunakan otakmu sedikit.” suara sarkas Kei merespon jawabannya
“Sudah-sudah, ini nggak bakal selesai kalau kita berdebat terus! Jadi Alana, beri tahu alasanmu mengumpulkan kita.” Irish, perempuan dengan rambut hitam legam panjang berkata sambil menatap ke arah orang yang dia ajak bicara, Alana.
“Oh, c’mon! Jangan terlalu kaku, deh! Lagian bukan seperti aku punya rencana jahat.” Alana mengakhirinya dengan tertawa kecil, teman-temannya yang ada di sekitarnya hanya menghela nafas pelan, orang ini tidak pernah berubah.
“I mean, kamu selalu merencanakan sesuatu.” Kei melihat kearah Alana juga
“Oke oke, aku mungkin merencanakan sesuatu, tapi itu sesuatu yang baik, kok, lagian Axel juga tahu rencananya.” Alana mencoba membela dirinya
Axel yang baru datang hanya tertawa keras “Hahaha.. yah mungkin harus kujelaskan kepada kalian. Kalian tahu aku bekerja di NASA, kan?” Kei dan Irish menganggukkan kepala mereka tanda setuju.
“Jadi aku sedang mengecek kondisi bumi dan melihat bahwa lapisan ozon yang ada di wilayah Indonesia sudah tidak ada.”
“Hah? Maksudmu menipis, kan, ya? Tidak mungkin sampai tidak ada!” suara ketidakpercayaan Kei terdengar di suasana hening itu.
“Tidak, benar-benar sudah tidak ada. Dengan tidak adanya lapisan itu maka tidak ada yang menahan sinar ultraviolet matahari, sehingga kanker kulit mungkin bisa terjadi pada setiap orang yang ada di wilayah Indonesia ini.” Lengkap Axel.
“Lalu apa yang kau ingin kita lakukan?” Irish bertanya dengan takut-takut, merasakan niat buruk teman-temannya.
“Yah, jika kau bertanya.. aku ingin kalian
menggunakan pengaruh kalian untuk menyebarkan berita itu. Axel yang bekerja di
NASA akan menjadi informan dan narasumber kita tentang hal ini, dan untuk
menyebarkannya kita bertiga akan bekerja sama. Mulai dari Kei, seorang youtuber
mukbang terkenal. Kamu bisa menggunakan pengaruhmu untuk memberi tahu subscribermu.
Irish, kamu seorang pelukis terkenal, gunakan pengaruh yang kamu punya dan beri
edukasi ke fansmu. Dan aku akan memberi tahu orang-orang penting dengan
koneksiku. Lagian aku menteri lingkungan negara ini.” Jelas Alana sambil
tersenyum, rencananya memang yang terbaik.
***
Kei menghela nafas pelan sambil memijat-mijat kepalanya, mengingat percakapan kemarin membuat kepalanya yang sudah pening tambah pening lagi.
Sebagai seorang youtuber mukbang ia melihat bakso Malang yang ada di depannya—menu mukbang hari ini. Saat ini pula ia akan menjelaskan tentang masalah lapisan ozon itu padahal ia merasa kurang mampu dan kurang layak menjelaskan materi ini. Sambil menyemangati dirinya ia menyalakan kamera memulai live streamingnya hari ini.
"Halo guys! Welcome back with me, MuKei! Mukbang bersama Kei." Satu persatu orang memasuki live streamnya, maklum dia cukup terkenal sebagai youtuber.
"Nah, sekarang aku bakalan mukbang makanan dari salah satu tempat makan bakso favorite-ku yaitu bakso Pak Somat." ucap Kei, rumah makan bakso tersebut ialah sponsornya untuk episode kali ini.
"Nah kalian tau gak sih bakso dari rumah makan bakso Pak Somat ini menggunakan bahan dasar asli Malang jadi rasanya tuh mirip banget sama rasa originalnya, jadi kalo sehabis ini kalian ngiler dan pengen coba nih ya, kalian bisa dateng ke Jalan Delima nomor 5. Di situ bakalan ada spanduk besar, kalau yang nggak bisa dateng bisa pesen di gojek atau gocar." Sambil mempromosikan produknya, Kei memulai acara mukbang itu.
Kei menghela nafas pelan, sekarang ialah saatnya untuk membahas 'itu'. "Guys kalian tau nggak kalo salah satu temenku kerja di NASA?" dengan suara excited Kei membuka suasana.
"Nah, buat subscriber saya yang budiman dari seluruh dunia, saat ini dunia sedang dilanda sebuah 'bencana alam' bernama global warming, dimana salah satu akibat dari global warming ini ialah menipisnya lapisan ozon." jelas Kei sambil tersenyum lebar ke kamera.
Setelah mengambil napas, Ia melanjutkan perkataannya. "Lapisan ozon yang ada di Indonesia sudah hilang sepenuhnya, maka dari itu sebagai warga Indonesia aku menyarankan untuk teman sebangsaku agar dapat pindah dari negara ini, dan fans ku negara-negara lain dapat menjadikan ini pelajaran sekaligus membantu teman-teman kita yang tinggal di Indonesia."
Kei mengakhirinya dengan senyum lembut ke
arah kamera, berharap pesan yang dia kirim dapat meyakinkan orang di sekitarnya.
Membuka kolom komentar, Kei dengan perlahan membaca komentar.
"Hei aku disini bukan buat denger kotbah tau!"
"Dahlah orang sok bijak nambah di dunia ini.."
"Kapan terakhir kali kamu dapat tertidur tenang.. Sambil mikirin masalah bumi"
"Wkwkw aku capek lama-lama dengernya"
Kei yang membacanya menghela nafas pelan. Sudahlah,
apa yang ia harapkan dari orang-orang seperti mereka? Dengan tenang, Kei
kembali ke mukbangnya.
***
Alana sekarang sedang menyiapkan dirinya untuk membacakan pidato di podium sebagai perwakilan yang membawakan berita bahwa lapisan ozon di Indonesia sudah tidak ada. Sambil menghela nafas, ia membaca kertas yang berada di tangannya. Hal ini sudah ia siapkan sejak jauh-jauh hari. Sekarang sudah waktunya dunia dan pemerintah tahu masalah besar yang akan berakibat fatal jika tidak ditangani dengan benar.
Alana melihat ke kiri, ada jendela besar di sana di situ adalah letak taman istana negara penuh dengan tumbuhan yang cantik. Akan lebih berfungsi jika saja mereka memiliki lebih banyak tanaman, tetapi di taman itu ada satu pohon yang paling mencolok pohon tinggi dengan daunnya yang lebat.
‘Ah seandainya aku bisa kokoh dan tinggi seperti pohon itu’ Pikirnya. Maklum, tingginya hanya 160 cm. Termasuk pendek untuk umurnya. Tenang, ia sudah menerima nasibnya sejak lama. Sel yang ada di tumbuhan itu pasti bertumbuh dengan baik. Alana memikirkan semua hal itu dalam hatinya. Seperti tumbuhan itu yang kokoh dan kuat, ia akan menjadi pelindung negara ini seperti jaringan epidermis pada tumbuhan yang akan melindungi jaringan di bawahnya.
“Waktunya 5 menit lagi, mulailah bersiap,” suara salah satu pengurus rapat nanti terdengar, membuat Alana kembali ke kenyataan.
Ia mulai berdiri dan melihat ke arah pintu,
di atas pintu tersebut terdapat foto Ir.
Soekarno dan Moh. Hatta presiden pertama Indonesia. Alana akan berjuang untuk
bangsa ini seperti para pahlawan zaman dahulu berjuang untuk kemerdekaan
Indonesia hingga sampai ke saat bahagia mereka, saat semuanya terwujud dalam proklamasi.
Alana tidak akan membiarkan semua perjuangan para pahlawan sia-sia, Ia akan
tetap bersuara untuk kebaikan negara ini walaupun ia sudah tahu bahwa rapat ini
akan berakhir dengan buruk.
***
Irish sudah tahu bahwa ia bukan orang yang cocok dengan urusan ini. Menyelamatkan Indonesia? Apa-apaan itu! Apakah mereka pikir ia adalah superman? Ia hanya orang biasa dengan ketidakmampuan dalam berbicara di depan banyak orang, kecuali ketika berbicara tentang seni yang ia cintai tentu saja yang itu bisa dibicarakan baik-baik.
“Sudah lama tidak bertemu, Irish.” Suara berwibawa itu terdengar di telinganya, membuat ia menghela nafas pelan. Seorang kritikus seni sudah datang, waktunya kembali ke pekerjaannya.
“Tentu saja, sudah lama tidak bertemu, Pak Wijaya.” jawab Irish professional.
“Aku sudah mengelilingi pameran lukisanmu, sangat bagus. Tapi ada satu lukisan yang menarik minatku.” kata Pak Wijaya.
Irish berdoa dalam hati supaya gambar yang ia pikirkan yang dimaksud agar percakapan soal global warming dapat diangkat. “Gambar yang mana, Pak?”
“Gambar yang ada di ruangan ke-2. Gambar itu benar-benar baik, semua prinsip seni dipikirkan dengan baik. Pemilihan warna, terang gelap, dan pusat perhatian menjadi keselerasan yang indah antara satu sama lain.” kata Pak Wijaya.
Mendapatkan gambar yang diinginkan, Irish akhirnya dapat membahas tentang global warming itu kepada orang di sekitarnya. “Ah, Pak Wijaya, gambar itu kupersembahkan untuk temanku yang sudah berjuang keras untuk lingkungan ini. Dia adalah seorang pekerja di NASA dan dia mengetahui bahwa lingkungan kita saat ini sudah sangat rusak. Bahkan hingga lapisan ozon di Indonesia ini sudah hilang, maka dari itu kita harus lebih menjaga lingkungan. Itu hal yang ingin saya sampaikan di lukisan tersebut.”
“Hahaha, anda sepertinya orang yang
lingkungan sekali, ya. Tentang gambar yang di ruang pertama..” Pak Wijaya
membahas hal lain dengan cepat mengalihkan topik, tidak peduli dengan hal yang
baru saja Irish sampaikan, dengan menghela nafas pelan lelah dalam hatinya dengan
manusia di sekitarnya Irish kembali memulai pembicaraan tentang lukisannya.
***
Axel berlari dengan terburu-buru, oke dia tahu dia terlalu sering terlambat dalam pertemuannya dengan orang lain, tapi dia tidak boleh merusak pertemuan kali ini. Ada orang dari posisi yang lebih tinggi yang bisa membantunya dengan masalah global warming ini.
“They have waited inside that room, Sir.” suara salah satu rekannya terdengar.
“Terima kasih, aku akan ke sana sekarang.” Axel tersenyum ke arah rekannya dan masuk ke ruangan. Di sana terdapat dua orang berpengaruh di NASA. Sekarang adalah kesempatannya untuk melakukan perubahan ke arah yang baik untuk Indonesia.
“Sudah lama tidak bertemu, Axel. Aku kaget anda sekarang bekerja di NASA.” Suara familiar masuk ke telinganya. Axel mengangkat kepala, matanya bertemu dengan salah satu orang disana. Ia mengangkat alisnya, bukankah ia adalah Semi, orang yang dulu satu sekolah dengannya? Atau tepatnya, pembully di sekolahnya.
“Sudah lama tidak bertemu juga, Semi.” suara dingin keluar dari mulut Axel.
“Selamat datang dan terima kasih telah menyisihkan waktu untuk bertemu dengan saya. Hari ini saya akan menjelaskan tentang penemuan yang saya temui minggu lalu. Dalam pengecekan lapisan ozon bulanan, diketahui bahwa lapisan ozon yang ada di Indonesia sudah hilang sepenuhnya. Maka agar kita dapat mengurangi orang yang terdampak dan mengurangi dampak itu sendiri, contohnya adalah badai hebat, kekeringan, keanikan suhu, dan resiko kesehatan yang dapat terjadi ke orang-orang. Tolong bantuannya dari kalian berdua.” Axel mengakhiri perkataannya
“Hmm… aku paham yang kau maksud. Kita bisa meminta bantuan dari orang-orang NASA yang berada di Indonesia. Dengan kita memberi tahu mereka, dan menyuruh mereka untuk pergi ke negara lain masalah beres.” ucap Semi santai
“Untuk solusi itu bagaimana dengan para warga yang tidak punya uang untuk pergi ke negaara lain? apa yang akan terjadi kepada mereka?” Axel menyanggah perkataan mereka.
“Yah bukankah itu urusan mereka? Jika hal itu terjadi, sebut saja itu untuk orang-orang yang lebih penting untuk diselamatkan.” jawab Semi seolah telah menyelesaikan masalah.
“Apa yang sedang anda maksud! Semua orang memiliki hak yang sama sejak mereka di dalam kandungan. Tidak ada yang hidupnya lebih rendah dibanding yang lain. Maka dari itu dalam masalah ini kita harus menyelamatkan dan memberi tahu semuanya!” Axel marah mendengar perkataan mereka.
“Jika anda tidak ingin menerima ini, maka
kita tidak akan membahas ini lagi. Lupakan tentang kita akan menyelesaikan
masalah ini. Sekarang anda bisa keluar dari ruangan ini.” Suara Semi itulah yang
terakhir dia dengar sebelum keluar dari ruangan itu.
***
Seminggu kemudian Alana, Irish, Axel, dan Kei bertemu kembali. Tiap orang datang dengan wajah suram mereka masing-masing. Dari wajah mereka, Axel tahu kalau mereka gagal. Manusia-manusia ini sudah diperingati malah bersikap seenaknya. Seandainya mereka bisa memperbaiki lingkungan tanpa bantuan orang lain, mereka pasti sudah melakukannya sejak dulu. Namun sayangnya hal itu tidak mungkin.
“Sekarang bagaimana?” Setelah keheningan di antara mereka, Kei mengangkat suaranya, menunjukkan kebingungan atas kondisi mereka sekarang.
“Tidak ada hal yang bisa kita lakukan. Mau dipaksa seperti apapun, orang seperti mereka tidak akan mau mendengar apalagi berubah ke arah yang lebih baik untuk negara dan dunia ini.” jawab Alana. Di suaranya terasa kekesalan. Entah diarahkan kepada siapa. Dirinya yang tidak bisa meyakinkan mereka, atau orang-orang tidak tahu diri itu.
“Sudah-sudah! Tidak akan ada yang berubah jika kita hanya menyalahkan orang-orang itu. Sekarang satu-satunya hal yang bisa kita lakukan hanyalah mendoakan mereka.” Irish yang paling religius di antara mereka memberi saran.
“Ya sudah, lagian kita sudah berusaha semampu kita sekarang yang kita bisa lakukan ialah berdoa dan menyerahkan pada Tuhan. Ayo ke gereja, mungkin Tuhan akan menjawab masalah kita melalui mulut romo yang berkotbah hari ini.” Axel mendukung pendapat Irish.
Sekarang semuanya sedang berjalan ke arah gereja. Mereka percaya bahwa Gereja, kumpulan umat Allah akan menjadi tempat mereka menemukan jawaban terhadap semua masalah yang ada. Karena Gereja sekarang yang terbuka, yang menerima semua orang yang mau bertobat tanpa melihat latar belakang mereka, yang membantu masalah-masalah yang ada di sekitar tanpa menutup mata atau pura-pura tidak melihat.
“Seminar lingkungan bersama Romo Eris.” Axel membaca tulisan di depannya, di Gereja sekarang sedang berlangsung seminar dengan tema lingkungan. Axel tersenyum, tentu saja Tuhan selalu menolong dan memberikan jawaban kepada umat-Nya yang sedang kesusahan, termasuk dirinya.
“Ayo masuk,” Melihat ke arah rekan-rekannya
yang lain, mereka berempat masuk dan duduk untuk mendengar seminarnya. Dan
benar saja, baru duduk sebentar seminar telah dimulai.
“Selamat siang, salam sejahtera bagi kita semua.
Yang Terhormat para umat Allah yang datang
ke tempat ini
Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena karunia-Nya sehingga kita semua bisa berkumpul pada acara pagi hari ini.
Seperti yang sudah kita ketahui, alam sedang mengalami krisis yang membuatnya semakin hari-semakin rusak. Dimana dunia tidak peduli pada lingkungan yang ada di sekitarnya dan bertindak semuanya sehingga membawa dampak buruk bagi orang-orang yang tinggal berdampingan dengan alam. Salah satu masalah terberat yang sedang dihadapi ialah global warming yang terjadi, dimana bisa dirasakan suhu udara di sekitar kita saat ini semakin panas.
Maka dari itu gereja katolik di seluruh dunia mencoba untuk meyakinkan para jemaat untuk menghargai, menjaga, serta mencintai alam yang diciptakan oleh Allah. Tetapi umat manusia yang serakah, dan egois berpikir bahwa manusialah pusat alam semesta, bahwa alam semesta ada untuk memenuhi kebutuhan manusia Orang-orang dengan pandangan seperti itu tidak bisa menjaga dan mencintai alam semesta ini. Mereka melakukan perbuatan yang merusak lingkungan seperti buang sampah sembarangan, membuang limbah ke sungai, dan membakar hutan.
Gereja Katolik memberikan pandangan mereka terhadap hal ini, terlihat makin lama pencemaran lingkungan terus terjadi dimana-mana, dan juga sumber daya hanya tersisa sedikit di bumi, yang membawaa bumi pada krisis ekologi yang cukup parah. Karena itu Gereja katolik mengajak semua pihak agar bersama-sama dapat mengurangi pencemaran, serta menghambat lajunya kehilangan kekayaan alam. Dalam mewujudkannya, seluruh masyarakat perlu mengubah pola pikir bahwa manusia boleh menggunakan apa saja yang ada di alam sesuai keinginan mereka. Yang memiliki wewenang atas alam adalah Tuhan, maka manusia harus menggunakan alam sesuai dengan kehendak dan rencana Tuhan.
Semua manusia yang ada di bumi tentu saja mengalami dan merasakan perubahan yang terjadi pada alam di sekitarnya, maka dari itu para ahli agama yang ada mendorong para umat-Nya untuk menjaga dan menghargai lingkungan berdasarkan kitab suci tiap-tiap agama, bahwa alam yang merupakan ciptaan-Nya layak dan wajib dijaga, dipelihara, dan dipedulikan. Maka dari itu kita harus menjaga lingkungan yang ada sesuai dengan perintah-Nya.
Saya berharap bahwa setiap orang dapat berubah ke arah yang lebih baik, bahwa mereka dapat ikut terlibat dalam mengubah lingkungan, mulai dari tindakan-tindakan kecil untuk keajaiban-keajaiban yang lebih besar.
Akhir kata, terima kasih atas kesempatan waktu yang diberikan, mohon maaf bila ada salah kata, dan mari kita bersama-sama memelihara lingkungan yang ada di sekitar kita hingga menjadi sehat, bersih, dan nyaman!”
Suara tepuk tangan terdengar di gereja
setelah Romo Eris menyelesaikan ceramahnya, sekarang waktunya berdoa kepada
Tuhan. Mereka semua melipat tangan dan membuat tanda salib. Kepada Tuhan mereka
berdoa dan berharap agar masyarakat disadarkan dari perbuatan dosa mereka, dan
melakukan hal yang benar kepada alam yang dicintai oleh Tuhan. Dan semoga
Indonesia dan dunia dapat melewati masalah ini dengan lapang dada dan hati
terbuka.
Selesai.
Komentar
Posting Komentar